Wednesday, November 23, 2022

Elaborasi Pemahaman Modul 1.2

Pada tanggal 17 November 2022, saya belajar mengenai nilai dan peran guru penggerak dalam ruang diskusi virtual bersama instruktur, Bapak Markus Hernoko.

Dalam diskusi di forum diskusi virtual ini, Instruktur memberikan penguatan pemahaman konsep mengenai bagaimana manusia tergerak, bergerak, dan menggerakkan manusia yang lain.










Jurnal Refleksi Dwi Mingguan - Modul 1.2

Setelah melewati modul 1.2 ini, ada banyak sekali ilmu dan pengalaman baru yang saya peroleh. Untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak ini, saya akan memaparkannya melalui model 4P, yaitu peristiwa, perasaan, pembelajaran, dan penerapan ke depan.

 

PERISTIWA

Modul 1.2 membahas bagaimana manusia tergerak, diawali dari cara kerja otak yang menggunakan sistem berpikir cepat dan lambat. Dalam penerapannya, guru adalah manusia yang selalu berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus terlebih dahulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memengaruhi dirinya sendiri untuk bergerak. Selanjutnya,  dalam Modul 1.2 kami mempelajari 5 Kebutuhan Dasar Manusia, yaitu :

  • Kebutuhan Bertahan Hidup
  • Kasih sayang dan Rasa Diterima
  • Kekuasaan dan Penguasaan
  • Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)
  • Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)

Melalui modul 1.2 ini, saya juga belajar mengenai nilai dan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak, antara lain berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Peran guru penggerak, antara lain menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi. Nilai dan peran guru penggerak diimplementasikan untuk mencapai merdeka belajar dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Selanjutnya bagaimana kami mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila mengandung enam dimensi, yaitu : 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.

Saat mempelajari modul 1.2, momen yang paling menantang bagi saya adalah berusaha menyelesaikan tugas-tugas di LMS dengan menyesuaikan jadwal mengajar di sekolah serta kewajiban saya sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, saya berusaha untuk terus mempelajari keterampilan baru seperti membuat video/presentasi/info grafis/dll melalui canva, juga membuat dan mengunggah konten di youtube dan blogger.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi dalam modul 1.2 ini adalah mengaplikasikan nilai dan peran guru penggerak melalui aksi nyata.


PERASAAN

Perasaan yang saya miliki ketika mempelajari modul 1.2 adalah saya memiliki rasa khawatir apakah nantinya saya benar-benar bisa mengimplementasikan nilai dan peran guru penggerak yang saya miliki. Namun, dengan adanya dukungan dan motivasi dari fasilitator, pengajar praktik, rekan sesama cgp, kepala sekolah, dan seluruh warga sekolah, kekhawatiran dan kesulitan yang saya hadapi insya Allah bisa teratasi.

PEMBELAJARAN

Sebelum mempelajari Modul 1.2 pada Program Pendidikan Guru Penggerak saya belum memahami tentang cara berpikir cepat dan lambat pada otak manusia,  namun setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini saya memahami bahwa otak manusia memiliki cara berpikir cepat dan lambat. Hal tersebut pula yang memengaruhi emosi manusia dan bagaimana manusia dapat tergerak, bergerak, dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain. Hingga dapat memunculkan nilai dan peran guru penggerak yang nantinya dapat mewujudkan profil pelajar pancasila dalam diri murid.

PENERAPAN KE DEPAN

Saya berencana menerapkan nilai-nilai  dan peran guru penggerak di sekolah. Sehingga dapat mewujudkan profil pelajar pancasila dalam diri murid.

Koneksi Antar Materi - Modul 1.2

Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4P):

  • PERISTIWA

Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran modul 1.1 adalah pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, yaitu menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan dari pendidikan adalah untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada murid agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Saya memahami bahwa pembelajaran yang sebenarnya adalah pembelajaran yang berpihak pada murid, maka sebagai pendidik, kita harus mampu menuntun dan memfasilitasi murid untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kodrat yang ada pada diri mereka masing-masing. Selain itu, mendidik tidak hanya mengajar tetapi menumbuhkan budi pekerti pada diri murid.

Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran modul 1.2 adalah bagaimana manusia tergerak, diawali dari cara kerja otak yang menggunakan sistem berpikir cepat dan lambat. Dalam penerapannya, guru adalah manusia yang selalu berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus terlebih dahulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memengaruhi dirinya sendiri untuk bergerak.

Selain itu, saya juga dapat memahami tentang nilai dan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak, antara lain berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan inovatif. Peran guru penggerak, antara lain menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, dan menggerakkan komunitas praktisi. Nilai dan peran guru penggerak diimplementasikan untuk mencapai merdeka belajar dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Tantangan yang dihadapi dalam modul 1.2 ini adalah mengaplikasikan nilai dan peran guru penggerak melalui aksi nyata.

Kaitan Modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah untuk mewujudkan nilai-nilai dan peran Guru Penggerak yang dijabarkan dalam Modul 1.2, maka seorang guru penggerak harus terlebih dahulu memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

  • PERASAAN

Saat momen itu terjadi saya merasa bagaikan gelas kosong yang diisi air. Saya mendapat wawasan dan ilmu baru mengenai konsep pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara dan bagaimana mewujudkannya melalui nilai dan peran guru penggerak. Hal tersebut menjadi motivasi bagi diri saya untuk terus memperbaiki dan mengembangkan kompetensi diri hingga nantinya dapat menguatkan nilai dan peran guru penggerak yang ada dalam diri saya, sehingga dapat mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid dan terbentuk profil pelajar pancasila dalam diri murid.

  • PEMBELAJARAN

Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa mengajar adalah menyampaikan ilmu pada murid, dengan guru sebagai pusat pembelajaran dan nilai menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Selain itu saya belum memahami bagaimana seorang guru penggerak mampu tergerak, bergerak, dan menggerakkan orang lain dalam mewujudkan nilai dan peran sebagai guru penggerak. Setelah mempelajari modul 1.1 dan 1.2 saya memahami bahwa pembelajaran seharusnya berpusat pada murid dan tugas guru adalah menuntun murid dalam pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Selain itu, saya memahami bahwa otak manusia memiliki cara berpikir cepat dan lambat. Hal tersebut pula yang memengaruhi emosi manusia dan bagaimana manusia dapat tergerak, bergerak, dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain. Hingga dapat memunculkan nilai dan peran guru penggerak yang nantinya dapat mewujudkan profil pelajar pancasila dalam diri murid.

  • PENERAPAN KE DEPAN

Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak adalah

  1. Merancang pembelajaran berdiferensiasi sesuai karakteristik, minat, dan potensi yang dimiliki siswa.
  2. Merancang pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa, dengan menggunakan media pembelajaran interaktif atau permainan sebagai metode pembelajaran yang menyenangkan bagi murid.
  3. Meningkatkan kompetensi diri sebagai seorang pendidik dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti MGMP, workshop, dan pelatihan-pelatihan.
  4. Berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan guru, maupun wali murid untuk bersama-sama mewujudkan merdeka belajar
  5. Melakukan refleksi pada setiap kegiatan terutama setelah pembelajaran, baik dengan rekan guru maupun dengan siswa sebagai upaya perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

Tuesday, November 22, 2022

1.2.a.4.1. Forum Diskusi Eksplorasi Konsep - Modul 1.2

 

  1. Apa yang dapat saya ceritakan mengenai salah SATU dari nilai-nilai GP (berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan mandiri) yang telah membantu saya dalam melayani murid saya dengan lebih baik?. Tuliskan dalam bentuk narasi singkat untuk berbagi dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.

  2. Apa saja 10 kegiatan di sekolah yang saya anggap masuk sebagai contoh penerapan dari peran GP yang saya pahami saat ini (pemimpin pembelajaran, pendorong kolaborasi, penggerak komunitas praktisi, mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi coach bagi rekan guru)?. Buatlah daftarnya untuk digunakan saat berbagi ide dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi.
***

1.  Salah satu dari nilai-nilai guru penggerak yang membantu saya dalam melayani murid saya adalah berpihak pada murid. Dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur teks berita, saya memfasilitasi kegiatan pembelajaran dengan menyediakan koran sebagai media pembelajaran. Hal tersebut saya lakukan karena siswa sering kali merasa bosan dan jenuh pada contoh-contoh teks yang terdapat di dalam buku paket/buku siswa. Dengan menggunakan koran tersebut, saya membebaskan siswa untuk belajar menemukan sendiri teks berita yang paling menarik bagi mereka, menganalisis unsur-unsurnya, lalu menggunting dan menempelnya di kertas hvs berwarna untuk selanjutnya ditempel bersama di mading kelas. Saya berusaha menuntun dan mendampingi murid dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan ruang gerak bagi murid untuk berkreasi dalam membuat tugas.




2. 10 kegiatan di sekolah yang saya anggap masuk sebagai contoh penerapan dari peran guru penggerak, antara lain:

  1. Memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa
  2. Mendampingi siswa dalam kegiatan pembiasaan sholat dhuha dan membaca surat pendek sebelum pembelajaran dimulai
  3. Mendampingi siswa dalam kegiatan Jumat sehat dan Jumat bersih
  4. Berkolaborasi bersama tim dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, dengan tema “Suara demokrasi” dengan kegiatan “Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua OSIS”
  5. Membimbing calon ketua dan wakil ketua osis dalam menyusun visi dan misi mereka
  6. Berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam pembuatan perangkat pembelajaran dan soal-soal sumatif
  7. Mendampingi siswa dalam berlatih mempersiapkan lomba antar kelas (dalam rangka HUT RI, maulid nabi, dll)
  8. Menjadi guru pamong dalam membimbing program asistensi mengajar yang dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura
  9. Membimbing siswa dalam lomba membaca puisi antar sekolah
  10. Sebagai wali kelas, menjalin komunikasi dengan wali murid mengenai perkembangan putra/putri mereka di sekolah





1.2.a.3. Mulai dari diri - Modul 1.2

 




TUGAS 1

REFLEKSI

  1. Apa peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana?
  2. Selain saya, siapa lagi yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut?
  3. Dampak emosi apa saja yang saya rasakan hingga sekarang? (silakan gunakan roda emosi Plutchik di Gambar 2 untuk mengidentifikasi persisnya perasaan Bapak/Ibu di masa itu)
  4. Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang?
  5. Pelajaran hidup apa yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya?
  6. Bagaimana saya menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran"?

1.  A. Peristiwa Negatif

Pada saat saya kelas 1 SMP, saya sangat menyukai pelajaran Bahasa Indonesia karena guru Bahasa Indonesia saya pada saat kelas 1 SMP dalam menyampaikan materi pembelajaran selalu mengaitkannya dengan pengalaman sehari-hari, kontekstual, selalu menyenangkan karena beliau berusaha menjadi teman bagi kami, sehingga materi pembelajaran menjadi mudah saya pahami. Namun ada momen ketika dalam kegiatan pembelajaran, guru saya tersebut ingin membagi kami dalam beberapa kelompok. Saat itu saya saat ingin dan berharap bisa satu kelompok dengan sahabat baik saya. Namun ternyata, saya dikelompokkan dengan teman lain. Saya yang pada saat itu masih kekanak-kanakan dan memiliki pikiran yang egois mengajukan protes pada guru saya tersebut. Saya protes karena saya tidak mau dikelompokkan dengan teman yang dipilih oleh guru saya tersebut. Ternyata sikap protes saya membuat guru saya tersinggung dan memilih keluar dari kelas. Saya merasa menyesal telah berperilaku demikian lalu menyusul guru saya ke ruang guru dan memohon maaf pada beliau.

B. Peristiwa Positif

Pada saat saya duduk di kelas 3 SMP, wali kelas saya menjadikan saya salah satu kandidat ketua kelas dan saya akhirnya terpilih menjadi ketua kelas. Nilai rapor pun meningkat. Kala itu, saya semakin menyukai pelajaran Bahasa Indonesia meskipun diampu oleh guru yang berbeda dan saya terpilih mewakili sekolah dalam lomba mapel Bahasa Indonesia se-Kabupaten Bangkalan. Selain itu, sejak SD kelas 5 hingga kelas 3 SMP, setiap tahun saya selalu terpilih mengikuti lomba gerak jalan, beberapa di antaranya mendapat juara 1 dan 2. Hingga pada kelas 1 SMA saya mengikuti seleksi paskibra kabupaten Bangkalan, dan alhamdulillah terpilih untuk masuk di pasukan 17. Hal tersebut menambah motivasi dalam diri saya untuk terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

 2.  Yang terlibat dalam peristiwa negatif saya adalah: saya, guru Bahasa Indonesia, teman-teman sekelas

Yang terlibat dalam peristiwa positif saya adalah: saya, guru Bahasa Indonesia, wali kelas, guru, teman-teman sekelas

 3.  Dampak emosi yang saya rasakan adalah:

  • Peristiwa negatif: penyesalan, sedih
  • Peristiwa positif: optimis, senang

 4.  Masa sekolah menjadi masa yang selalu dikenang hingga saat ini karena momen pada masa itu benar-benar berkesan dalam ingatan saya begitu pula dengan perasaan yang menyertainya. Pada usia sekolah, kita mulai lebih banyak berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain selain keluarga di rumah. Tentunya banyak hal yang terjadi selama masa sekolah yang banyak memberikan pengalaman dan pelajaran hidup yang berguna bagi saya di masa sekarang.

 5.  Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi ini, yaitu guru memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang siswa. Peristiwa-peristiwa, baik positif maupun negatif yang dialami siswa selama di sekolah akan terus dikenang sampai Ia tumbuh dewasa. Sosok guru akan selalu mendapat tempat di ingatan para siswanya. Oleh karena itu, guru sebaiknya mengoptimalkan perannya sebagai sosok pendidik yang baik agar dapat meninggalkan kesan dan ingatan baik dalam diri siswa yang akan berpengaruh di kehidupannya.

 6.  Peran guru sangat penting dalam menuntun dan membersamai murid dalam menjalani proses belajar yang penuh makna

 

TUGAS 2

Nilai dan peran guru penggerak menurut saya

  1. Apa nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?
  2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

1.   Nilai dalam diri:

  • Inovatif, yaitu semangat dalam melakukan perubahan, perbaikan, atau menciptakan inovasi. Nilai ini sangat dibutuhkan guru penggerak dalam melakukan perubahan dan perbaikan untuk menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah dalam menumbuhkembangkan potensi dan kompetensi yang dimiliki.
  • Mandiri, yaitu dengan memotivasi munculnya rasa keberanian, percaya diri, kemandirian, bagi semua murid di sekolah sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar sekaligus menumbuhkan karakter baik bagi siswa.
  • Kolaboratif, yaitu senang berproses dan saling berbagi ilmu dengan rekan pendidik lain sehingga dapat menemukan  gagasan atau ide-ide menarik dalam kegiatan pembelajaran. Nilai kolaboratif ini juga dapat meningkatkan kerja sama, keterampilan dalam berkomunikasi, juga memunculkan ide atau  pemikiran kreatif.

 2. Peran sebagai guru penggerak:

  • Menuntun tumbuh kembang murid secara holistik
  • Mengembangkan diri secara aktif
  • Menggerakkan kolaborasi antar guru


Sunday, November 6, 2022

Elaborasi Pemahaman

 

Pada tanggal 2 November 2022, saya berlatih membangun kerangka berpikir dan menyampaikan ide serta gagasan berdasarkan pemahaman dan internalisasi konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) dalam ruang diskusi virtual bersama instruktur, Bapak Yanuar Khaldun.
Dalam diskusi di forum diskusi virtual ini, Instruktur memberikan penguatan pemahaman konsep pemikiran filosofis KHD dan bagaimana penerapannya pada konteks lokal sosial budaya di daerah masing-masing.

Pemaparan Materi dari Instruktur

  • Presentasi Materi (25’)
    Instruktur mempresentasikan materi Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) selama 25 menit untuk memberikan penguatan pemahaman peserta terhadap pemikiran-pemikiran KHD.

  • Diskusi (20’)
    Instruktur memberi penguatan terhadap pertanyaan-pertanyaan CGP. 

  • Berbagi & Tanya Jawab (25’)
    • CGP berbagi pengalaman praktik baik proses pembelajaran yang merefleksikan pemikiran filosofis Pendidikan KHD,
    • CGP bertanya dan berdiskusi kepada Instruktur terkait pembelajaran yang diperoleh dalam ruang diskusi.

  • Refleksi dan Umpan Balik (15’)
    • Instruktur memberi umpan balik penguatan terhadap pemahaman CGP
    • Refleksi pembelajaran dituliskan pada aplikasi yang disediakan oleh Instruktur (mentimeter/padlet/jamboard)

  • Penutup (05’)
    Instruktur menutup kegiatan pembelajaran Eksplorasi Konsep Refleksi Kritis Pemikiran KHD

Refleksi Personal

Saat memulai Eksplorasi Konsep melalui forum diskusi di ruang ‘virtual’, Calon Guru Penggerak diberikan pertanyaan reflektif terkait pemahaman mengenai pemikiran filosofis KHD kemudian CGP menuliskan jawabannya melalui padlet, yaitu sebagai berikut:

  1. Pikirkan dan tuliskan satu pengalaman Anda terkait proses pembelajaran yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)? 
  2. Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya? 
  3. Mengapa Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman? 
  4. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak” dalam peran saya sebagai pendidik?

Refleksi personal_Winda Setya Dewi_Kelas 254

  1. Dalam proses pembelajaran, saya berusaha mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman nyata murid ataupun kearifan lokal yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal mereka.
  2. Menuntun jika dikaitkan dengan konteks sosial budaya di daerah saya adalah sebagai pendidik, saya berusaha mencari contoh kontekstual yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari juga sosial budaya di daerah tempat tinggal mereka, contohnya mengaitkan materi dengan musik atau makanan khas daerah masing-masing
  3. Pendidikan di Indonesia perlu dikaitkan dengan kodrat alam dan zaman karena pendidikan tidak bisa lepas dari tempat tinggal atau kondisi alam dekat lingkungan tempat tinggal siswa serta kondisi zaman yang semakin canggih harus dapat kita manfaatkan dalam proses pembelajaran
  4. Pendidikan yang berhamba pada anak berarti pembelajaran berpusat pada siswa, kegiatan pembelajaran harusnya disesuaikan dengan kondisi, bakat, dan minat siswa





Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

Selama dua minggu mengikuti pendidikan guru penggerak, saya merasa senang karena mendapat teman-teman baru dan tentunya tambahan ilmu, walaupun ada pula perasaan khawatir tidak bisa membagi waktu antara pendidikan guru penggerak dengan kewajiban sebagai seorang pendidik maupun ibu rumah tangga. Semua perasaan tersebut saya iringi dengan keinginan yang kuat untuk bisa menyelesaikan program guru penggerak ini dengan baik dan lancar.

Banyak sekali ilmu dan wawasan baru yang saya dapatkan dari program pendidikan guru penggerak ini. Dalam dua minggu terakhir, saya belajar mengenai pemikiran -pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Seluruh kegiatan di LMS membuat saya menyadari bahwa banyak yang perlu diperbaiki dari proses pembelajaran yang selama ini saya terapkan pada murid di sekolah.

Saya mulai menerapkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran di kelas. Dimulai dari mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan murid sehari-hari, mengaitkan materi pembelajaran dengan kearifan lokal budaya daerah murid, serta membentuk kelompok berdasarkan minat dan bakat mereka.

Di tengah derasnya arus globalisasi, budaya luar, dan semakin canggihnya teknologi, saya sebagai pendidik harus dapat menyesuaikan kondisi zaman pada proses pembelajaran pada murid, namun juga harus mengingat bahwa Indonesia memiliki potensi kultural yang sangat kaya dan beragam, dari berbagai kearifan lokal tersebut, saya bisa menjadikannya sebagai sumber belajar bagi murid, agar murid tidak kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia, juga mengolaborasikannya dengan penggunaan teknologi di zaman yang serba modern ini. Sehingga dua hal tersebut dapat berjalan selaras dan memerdekakan murid dalam proses belajarnya menuju keselamatan dan kebahagiaan.

Tugas seorang pendidik bukan hanya memberikan materi pelajaran, tapi juga menjadi penuntun bagi murid agar mereka bisa terus berkembang menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang membebaskan murid untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan zamannya, namun sebagai pendidik juga harus tetap menjadi tuntunan atau pamong agar murid tidak kehilangan arah.

Di tengah maraknya pengaruh budaya luar, pendidik harus mampu memilah mana konteks di zaman sekarang yang dapat dijadikan acuan dan sumber belajar yang baik bagi murid, dengan tetap senantiasa memperkenalkan dan juga menjadikan kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beragam sebagai sumber belajar.

Pembelajaran lain dari filosofis pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu budi pekerti merupakan keseimbangan atau keselarasan  hidup antara cipta, rasa dan karsa. Dalam membentuk budi pekerti yang baik pada diri murid, maka pendidik harus mampu bersinergi dan berkolaborasi dengan orang tua/keluarganya. Sehingga terbentuk komunikasi dan kerja sama yang baik untuk bersama-sama menuntun anak menjadi pribadi yang beradab juga berilmu.

Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara ini, memotivasi saya untuk melakukan praktik baik dalam proses pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai sejalan dengan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara, antara lain: 

  1. Menjadikan murid sebagai pusat pembelajaran, guru sebagai fasilitator
  2. Mengubah metode pembelajaran di kelas dengan memperhatikan kondisi dan kodrat murid
  3. Mengubah cara pandang terhadap murid yang semula berorientasi pada nilai menjadi berorientasi pada proses
  4. Membuat kesepakatan kelas
  5. Memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar yang positif
  6. Mengaitkan materi pembelajaran dengan kearifan lokal budaya daerah tempat tinggal murid
  7. Menjalin komunikasi dengan wali murid untuk dapat bersama-sama menumbuhkan budi pekerti yang baik pada murid, baik di sekolah maupun di rumah.








1.1.a.3. Mulai dari Diri - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

 1. Reflektif Kritis

Relevansi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam konteks pendidikan Indonesia khususnya di sekolah saya adalah bahwa pendidikan harus dilandaskan pada tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk karakter peserta didik yang cerdas dan beradab sesuai dengan kodratnya sehingga menciptakan pendidikan yang memberikan kemerdekaan belajar bagi siswa dan kemerdekaan mengajar bagi guru.

Sekolah saya menerapkan kesetaraan dalam menerima keberagaman peserta didik, khususnya dalam menerima siswa berkebutuhan khusus. Peserta didik dengan kebutuhan khusus mendapat kesempatan belajar yang sama dengan peserta didik tipikal lainnya dalam satu kelas namun dengan penyesuaian pada aktivitas pembelajaran sesuai kondisi mereka, sehingga peserta didik tersebut juga dapat memiliki hak yang sama dengan peserta didik lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sekolah saya saat ini mulai menerapkan kurikulum merdeka dengan konsep mandiri berubah, walaupun belum menjadi sekolah penggerak, sekolah saya tetap berusaha mengimplementasikan kurikulum merdeka. Langkah awal yang dilakukan dengan mengadakan sosialisasi bersama seluruh pendidik tentang implementasi kurikulum merdeka dengan mengundang pengawas sekolah dan pihak dari dinas pendidikan sebagai narasumber, kemudian giat mengikuti pelatihan mandiri bersama rekan pendidik lain di platform merdeka mengajar, sehingga nantinya dapat meningkatkan kompetensi kami dalam menerapkan kurikulum merdeka.

Pada proses pembelajaran pun pendidik di sekolah saya sudah mulai berusaha menerapkan dan membiasakan konsep kurikulum merdeka, salah satunya melaksanakan assesmen awal, belajar dengan menggunakan sumber yang bisa didapat dari mana saja, memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, serta melakukan diferensiasi dalam pembelajaran.

Sebagai seorang pendidik, saya sudah mulai menerapkan konsep kurikulum merdeka di sekolah saya, sembari terus belajar dan mengembangkan potensi diri dengan mengikuti sosialisasi dan pelatihan-pelatihan yang ada. Saya mulai berusaha untuk membuat siswa merdeka dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik serta mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata mereka. Dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pun dalam kurikulum merdeka saat ini saya tidak terlalu terbebani dengan berbagai administrasi pembelajaran karena modul ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan, yang terpenting bagaimana materi dapat tersampaikan dengan baik dan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2. Harapan dan Ekspektasi

Harapan saya sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini adalah saya dapat terus meningkatkan kompetensi diri yang saya miliki sehingga nantinya dapat menjadi teladan bagi peserta didik, menciptakan inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran, serta senantiasa dapat menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik.

Harapan yang ingin saya lihat pada diri peserta didik adalah mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya, mencapai cita-cita terbaik mereka, sehingga nantinya mereka dapat menjadi manusia yang beradab, berilmu, dan bermanfaat bagi masyarakat

Kegiatan, materi, dan manfaat yang saya harapkan ada dalam modul ini adalah kegiatan tukar pendapat dan berbagi pengalaman nyata selama menjadi pendidik yang pernah dijalani oleh setiap pendidik dalam forum ini sehingga dapat memotivasi dan menumbuhkan semangat baru di dalam diri rekan pendidik yang lain. Materi yang saya harapkan adalah materi mengenai pengelolaan kelas dan media pembelajaran. Manfaat yang saya harapkan setelah mempelajari modul ini adalah kompetensi serta kepercayaan diri sebagai seorang pendidik dalam diri saya dapat lebih meningkat dari sebelumnya

Jurnal Refleksi Modul 3.3 (3 / terakhir)

  Berikut jurnal refleksi dwi mingguan terakhir. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F  (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (P...