Selama dua minggu mengikuti pendidikan guru penggerak, saya merasa senang karena mendapat teman-teman baru dan tentunya tambahan ilmu, walaupun ada pula perasaan khawatir tidak bisa membagi waktu antara pendidikan guru penggerak dengan kewajiban sebagai seorang pendidik maupun ibu rumah tangga. Semua perasaan tersebut saya iringi dengan keinginan yang kuat untuk bisa menyelesaikan program guru penggerak ini dengan baik dan lancar.
Banyak sekali ilmu dan wawasan baru yang saya dapatkan dari program pendidikan guru penggerak ini. Dalam dua minggu terakhir, saya belajar mengenai pemikiran -pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Seluruh kegiatan di LMS membuat saya menyadari bahwa banyak yang perlu diperbaiki dari proses pembelajaran yang selama ini saya terapkan pada murid di sekolah.
Saya mulai menerapkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran di kelas. Dimulai dari mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan murid sehari-hari, mengaitkan materi pembelajaran dengan kearifan lokal budaya daerah murid, serta membentuk kelompok berdasarkan minat dan bakat mereka.
Di tengah derasnya arus globalisasi, budaya luar, dan semakin canggihnya teknologi, saya sebagai pendidik harus dapat menyesuaikan kondisi zaman pada proses pembelajaran pada murid, namun juga harus mengingat bahwa Indonesia memiliki potensi kultural yang sangat kaya dan beragam, dari berbagai kearifan lokal tersebut, saya bisa menjadikannya sebagai sumber belajar bagi murid, agar murid tidak kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia, juga mengolaborasikannya dengan penggunaan teknologi di zaman yang serba modern ini. Sehingga dua hal tersebut dapat berjalan selaras dan memerdekakan murid dalam proses belajarnya menuju keselamatan dan kebahagiaan.
Tugas seorang pendidik bukan hanya memberikan materi pelajaran, tapi juga menjadi penuntun bagi murid agar mereka bisa terus berkembang menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang membebaskan murid untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan zamannya, namun sebagai pendidik juga harus tetap menjadi tuntunan atau pamong agar murid tidak kehilangan arah.
Di tengah maraknya pengaruh budaya luar, pendidik harus mampu memilah mana konteks di zaman sekarang yang dapat dijadikan acuan dan sumber belajar yang baik bagi murid, dengan tetap senantiasa memperkenalkan dan juga menjadikan kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beragam sebagai sumber belajar.
Pembelajaran lain dari filosofis pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu budi pekerti merupakan keseimbangan atau keselarasan hidup antara cipta, rasa dan karsa. Dalam membentuk budi pekerti yang baik pada diri murid, maka pendidik harus mampu bersinergi dan berkolaborasi dengan orang tua/keluarganya. Sehingga terbentuk komunikasi dan kerja sama yang baik untuk bersama-sama menuntun anak menjadi pribadi yang beradab juga berilmu.
Dari pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara ini, memotivasi saya untuk melakukan praktik baik dalam proses pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai sejalan dengan pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara, antara lain:
- Menjadikan murid sebagai pusat pembelajaran, guru sebagai fasilitator
- Mengubah metode pembelajaran di kelas dengan memperhatikan kondisi dan kodrat murid
- Mengubah cara pandang terhadap murid yang semula berorientasi pada nilai menjadi berorientasi pada proses
- Membuat kesepakatan kelas
- Memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar yang positif
- Mengaitkan materi pembelajaran dengan kearifan lokal budaya daerah tempat tinggal murid
- Menjalin komunikasi dengan wali murid untuk dapat bersama-sama menumbuhkan budi pekerti yang baik pada murid, baik di sekolah maupun di rumah.
No comments:
Post a Comment