Saturday, June 17, 2023

Jurnal Refleksi Modul 3.3 (3 / terakhir)

 Berikut jurnal refleksi dwi mingguan terakhir. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan).

1. Peristiwa (Fact)

Dalam menjalani Pendidikan Guru Penggerak, CGP mempelajari 3 paket modul. Paket modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak. Paket modul ini berisi 4 buah modul, yaitu: Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional- Ki Hajar Dewantara. Modul 1.2 Nilai- nilai dan Peran Guru Penggerak. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak dan modul 1.4 Budaya Positif. Kemudian, paket modul 2 Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid, berisi 3 modul. Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, modul 2.2 pembelajaran sosial dan emosional, modul 2.3 coaching untuk supervisi akademik. Sedangkan paket modul terakhir, yaitu paket modul 3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah, berisi 3 modul. Modul 3.1 Pengambilan keputusan berbasis nilai- nilai kebajikan sebagai pemimpin, modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, dan modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid. Setiap paket modul diadakan tes awal/ pre test dan tes akhir/ post test. Tes awal dilakukan untuk mengukur kemampuan awal sebelum pembelajaran, sedangkan tes akhir dilakukan setelah mengikuti serangkaian pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara sinkronus dan asinkronus, menggunakan LMS. Setiap modul menggunakan alur MERDEKA, yang merupakan akronim dari Mulai dari diri, Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi dan Aksi nyata. Mulai dari diri, CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar di masa lalu. Eksplorasi konsep, dilakukan dengan kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi. Dalam kegiatan Ruang kolaborasi, CGP bekerja dalam kelompok untuk membuat dan mempresentasikan materi yang dipelajari. Demonstrasi kontekstual, CGP membuat prakarsa perubahan. Elaborasi pemahaman, dilakukan dengan berdiskusi dan melakukan tanya jawab dengan instruktur untuk mengelaborasi pemahaman. Koneksi antar materi, membuat koneksi/ keterkaitan antar materi yang telah dipelajari dari modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman. Dan terakhir aksi nyata, menjalankan pemahaman pada sebuah aksi nyata di sekolah.

2. Perasaan (Feelings)

Perasaan saya senang karena saya mendapatkan ilmu pengetahuan, wawasan, serta perubahan pola pikir yang positif. Mulai dari modul pertama sampai modul terakhir, saya mendapatkan ilmu yang  sangat bermanfaat bagi seorang guru. Materi dalam setiap modul menuntun setiap CGP menjadi sosok guru yang diharapkan dapat mengantarkan murid menuju keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat.

3. Pembelajaran (Findings)

Banyak ilmu yang saya dapatkan dari pembelajaran yang saya lakukan, antara lain:

Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak- anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Guru bertugas untuk mengarahkan kodrat yang ada pada anak sehingga mereka berbahagia dan selamat sebagai anggota masyarakat. Dalam membuat kegiatan atau program sekolah, kita sebagai guru hendaknya melibatkan murid dengan mempertimbangkan potensi dan kodrat murid. Melibatkan murid dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan pada murid, yaitu memperhatikan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership). Dalam memperhatikan kodrat murid, guru hendaknya merancang program yang berdampak positif pada murid.

Modul 1.2, Nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran guru penggerak tersebut bercita- cita mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila. Profil pelajar Pancasila meliputi: 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) berkebhinnekaan global, 3) bergotong royong 4) mandiri 5) bernalar kritis, 6) kreatif.  Seorang guru bukan hanya pemimpin pembelajaran di kelas, guru juga bertanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Modul 1.3, Visi guru penggerak. Dalam pengelolan program sekolah yang berpihak pada murid, guru menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA (Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi). Langkah pertama yang dilakukan memetakan aset atau sumber daya sekolah dahulu. Ada 7 macam aset yang dimiliki sekolah antar alain: 1) modal manusia, 2) aset sosial, 3) aset politik, 4) aset lingkungan 5) aset finansial 6) aset fisik 7) aset agama dan budaya. Setelah mengidentifikasi aset, barulah mengembangkan program sekolah yang berdampak pada murid. Program tersebut dilakukan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif BAGJA yang melibatkan semua pihak dan mengoptimalkan semua aset yang ada.

Modul 1.4, budaya positif, proses menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid ketika di sekolah. Sehingga lingkungan belajar menjadi nyaman, aman dan menyenangkan untuk memaksimalkan  kekuatan kodrat anak. Guru hendaknya mengembangkan budaya positif, penggunaan hukuman dan penghargaan sebisa mungkin diminimalkan. Karena dampak penggunaan hukuman dan penghargaan tidak baik bagi anak. Akan lebih efektif dengan menggunakan penerapan segitiga restitusi. Segitiga restitusi meliputi : 1) menstabilkan identitas, 2) validasi tindakan yang salah, 3) menanyakan keyakinan. Dengan pembiasaan budaya positif, maka tujuan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila akan terwujud. Dalam melaksanakan program yang berpihak pada murid, seorang guru sebaiknya tidak menggunakan hukuman dan penghargaan lagi.

Modul 2.1, praktik pembelajaran yang berpihak pada murid. Guru  menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memfasilitasi pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi memperhatikan beraneka ragam karakteristik murid.Guru melaksanakan asasmen diagnostic dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran. Guru memetakan kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi meliputi: 1) diferensiasi proses, 2) diferensiasi konten dan 3) diferensiasi produk. Pembelajaran berdiferensiasi memberikan kebahagiaan untuk murid dalam belajar, guru pun nyaman dalam mengajar. Demikian pula dalam membuat program/ kegiatan yang berpihak pada murid, murid diberikan kesempatan untuk menyuarakan(voice), memilih (choice) dan kepemilikan (ownership). Hal ini sesuai dengan entitas pembelajaran berdiferensiasi.

Modul 2.2, Pembelajaran sosial emosional. Guru dilatih untuk melaksanakan pembelajaran sosial dan emosional pada diri murid. Pemeblajaran sosial emosional memperhatikan 5 kompetensi sosial emosional yaitu: 1) kesadaran diri, 2) pengelolaan diri, 3)kesadaran sosial- empati, 4) keterampilan membangun relasi dan 5)pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Teknik STOP dan mindfullness merupakan strategi pemembangan kompetensi sosial emosional murid. Pada program yang berpihak pada murid, guru juga memperhatikan kompetensi sosial emosional murid.

Modul 2.3, praktik coaching dalam supervisi akademik, merupakan strategi guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran untuk menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Setiap anak mempunyai potensi, bakat, dan minat yang berbeda- beda. Praktik coaching dirasa mampu mengoptimalkan potensi coachee, coache menemukan solusi dari permasalahan yang dialaminya. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, praktik coaching dapat digunakan untuk mengembangkan kepemimpinan murid.

Modul 3.1, pengambilan yang berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Dalam mengambil keputusan, guru sebaiknya memperhatikan 3 prinsip, yaitu berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli. Keputusan yang diambil selalu berpihak pada murid, menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, murid menentukan program kegiatan yang akan dilakukannya. Guru sebagai pemimpin mengambil keputusan yang berpihak pada murid, sesuai nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab

Modul 3.2, pengelolaan sumber daya, guru sebagai pemimpin pembelajaran dan pengelola program sekolah, harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah. Pendekatan berbasis aset akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah. Paradigma berpikir melihat segi positif, segi kelebihan, aset/ modal yang dimiliki oleh sekolah. Apabila kita berfokus pada aset yang ada, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid pasti terlaksana dengan maksimal dan berkembang semakin optimal.

Modul 3.3, pengelolaan program yang berdampak pada murid. Jika kita mampu memahami, menerapkan, menjalankan sesuai modul dalam pendidikan guru penggerak maka merdeka belajar akan tercapai.

4. Penerapan (Future)

Setelah menjalani serangkaian Pendidikan pada Program guru penggerak ini, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan di kelas dan sekolah saya. Saya akan melaksanakan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan murid dengan mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional mereka, dalam pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid, saya lebih sering untuk melakukan berdiskusi dengan murid untuk memunculkan potensi kepemimpinan murid. Potensi kepemimpinan murid dapat berkembang ketika mereka diberikan kesempatan untuk berpendapat (voice), memilih (choice) dan merasakan kepemilikan (ownership). Saya akan memberikan kebebasan (yang bertanggung jawab) kepada murid, agar murid mampu belajar dan berkembang dengan optimal. Begitu pula ketika saya berhadapan dengan kepala sekolah, teman sejawat dan stake holder sekolah, saya akan lebih banyak berkolaborasi, membangun komunikasi efektif, membangun relasi positif dan menciptakan well-being agar perasaan aman, nyaman, dan menyenangkan dapat terwujud.


Jurnal refleksi Modul 3.3 (2)

 Berikut jurnal refleksi dwi mingguan saya. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan).

1. Peristiwa (Fact)

Minggu ini saya akan mencoba menerapkan kegiatan aksi nyata modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Aksi nyata ini saya lakukan dengan melakukan diskusi bersama kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, murid, orang tua siswa, dan tokoh masyarakat. Dalam sesi diskusi yang akan saya lakukan nanti saya akan menggali kekuatan sekolah melalui pemetaan aset yang patut untuk dipelihara dan dioptimalkan daya gunanya. Melalui diskusi ini diharapkan, kami mampu melihat dan memetakan sumber daya atau modal yang dimiliki meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan dan alam, modal politik, modal agama dan budaya serta modal finansial. Saya mencoba untuk memaparkan pendekatan berbasis aset ini dan mengajak memetakan modal yang dimiliki sekolah secara bersama-sama.

2. Perasaan (Feelings)

Selama proses pembelajaran berlangsung saya sangat bersemangat, optimis sekaligus senang. Semuanya campur aduk karena saya akan segera tiba di penghujung dalam mempelajari modul pendidikan guru penggerak. Mengingat awal membuka dan belajar melalui LMS pendidikan guru penggerak terasa sulit dan berat. Namun setelah sampai pada tahap ini, rasa syukur tumbuh dalam hati karena merasa beruntung bisa menjadi salah satu dari ribuan guru yang dapat menjalani pendidikan ini.

3. Pembelajaran (Findings)

Dalam modul 3.3 ini saya memahami bahwa keberhasilan suatu program pendidikan tidak dapat terlepas dari keterlibatan murid. Semua program yang dirancang guru dan sekolah bertujuan untuk murid. Melalui kepemimpinan murid (student agency) murid hendaknya memahami identitasnya dan merasa memiliki sehingga akan melakukan hal terbaik untuk keberhasilannya. Ketika murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, dan growth mindset (pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk berkembang di masyarakat.

Murid yang mampu mengembangkan sudent agency nampak ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat kemitraan ini, saat murid belajar mereka akan berusaha untuk memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya, menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran, menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran, menunjukkan rasa ingin tahu, menunjukkan inisiatif, membuat pilihan-pilihan tindakan, memberikan umpan balik kepada satu sama lain.

4. Penerapan (Future)

Setelah saya mempelajari modul 3.3 tentang Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid, saya akan melibatkan siswa dalam program-program sekolah dengan memberikan mereka kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya (suara), kemudian memberikan murid kesempatan untuk memilih yang terbaik dari versi murid (pilihan) dan memberikan mereka kesempatan untuk memegang kendali atas program pilihan tersebut yang akan melatih mereka untuk dapat bertanggung jawab (kepemilikan).

Jurnal Refleksi Modul 3.3 (1)

 Berikut pengalaman saya selama mengikuti pembelajaran modul 3.3 “Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid”.. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan).

1. Peristiwa (Fact)

Modul 3.3 membahas tentang Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid. Dimulai dari kegiatan pertama, yaitu mulai dari diri. Pada kegiatan ini, yaitu dengan membuat sebuah refleksi terhadap pengalaman belajar di masa lalu untuk menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid. Saya membuat refleksi dengan dituntun oleh tujuh pertanyaan pemantik mengenai program yang pernah saya ikuti dan berdampak pada diri saya. Setelah selesai pada alur mulai dari diri, saya lanjut ke alur eksplorasi konsep. Pada alur ini, saya mengonstruksi pemahaman saya sendiri mengenai program yang berdampak pada murid. Sebelum saya membaca materi tentang program yang berdampak positif pada murid, saya menjawab beberapa pertanyaan pemantik. Setelah itu saya mempelajari materi mengenai kepemimpinan murid, menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (suara, pilihan, dan kepemilikan), kepemimpinan murid dan profil pelajar pancasila, lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, serta peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Materi-materi tersebut coba saya pahami supaya saya bisa menerapkannya dalam tugas saya sebagai guru untuk menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Selanjutnya kegiatan eksplorasi konsep forum diskusi. Pada kegiatan ini, saya membaca beberapa situasi yang merupakan contoh kegiatan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Saya juga menganalisis dan memberikan komentar mengenai situasi tersebut. Setelah itu, kami secara berkelompok memilih satu program untuk di masukkan ke forum diskusi. Saya memberi masukan pada program tersebut melalui kolom komentar. Kegiatan MERDEKA pada alur mulai dari diri dan eksplorasi konsep bagi saya sangat bermanfaat karena saya mendapatkan banyak pemahaman dan ilmu dalam pengelolaan sekolah

2. Perasaan (Feelings)

Perasaan saya dalam mempelajari modul 3.3 tentang Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid, khususnya pada alur mulai dari diri dan eksplorasi konsep ini yaitu saya merasa sangat senang. Saya merasa senang karena saya mendapatkan ilmu yang baru mengenai pengelolaan sekolah dalam hal ini khususnya program sekolah yang berdampak positif bagi murid. Selain senang, saya juga merasa penasaran. Saya merasa antusias untuk mempelajari alur MERDEKA lainnya dan juga membuat program-program kegiatan yang berdampak positif pada murid.

3. Pembelajaran (Findings)

Setelah mempelajari modul 3.3 tentang Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid, saya mendapat pembelajaran mengenai kepemimpinan murid, menumbuhkembangkan kepemimpinan murid (suara, pilihan, dan kepemilikan), kepemimpinan murid dan profil pelajar pancasila, lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, serta peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Dalam modul ini saya mendapatkan pembelajaran bagaimana saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus bisa menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dengan membuat program yang mendukung hal tersebut.

4. Penerapan (Future)

Setelah saya mempelajari modul 3.3 tentang Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid, saya akan melaksanakan kegiatan diseminasi mengenai modul ini di sekolah kepada kepala sekolah beserta dewan guru. Kemudian saya akan mencoba membuat program-program berdampak pada murid yang bisa menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.

Koneksi Antar Materi - Modul 3.3

 

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID

Oleh Winda Setya Dewi

CGP Angkatan 7 Kabupaten Bangkalan

Kelas 254

 

 

A. A.   Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

1.     Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik.

Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency), maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.

Dengan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, maka secara bersamaan kita sebenarnya juga sedang membangun karakter murid yang berprofil pelajar pancasila.

2.     Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

    Yang saya rasakan setelah mempelajari materi modul ini adalah mendapat pengalaman baru untuk menyediakan program yang diminati murid, berguna untuk membentuk profil pelajar pancasila, serta dapat mewujudkan student agency atau kepemimpinan murid. Untuk menerapkan materi dari modul ini, saya membuat kesepakatan dengan murid tentang hal apa yang ingin mereka lakukan. Yang perlu saya perbaiki adalah kolaborasi dengan rekan sejawat dan siswa agar program yang berdampak positif pada murid bisa tercapai dan berkelanjutan. Saya juga semakin menguasai kompetensi pengembangan diri dan orang lain.

 3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Selama mempelajari modul-modul dari guru penggerak ini banyak hal baru yang saya terapkan dalam proses pembelajaran di kelas yang saya ajar, saya sudah sedikit demi sedikit mengurangi peran saya sebagai leader utama dikelas terutama memaksakan kehendak saya dikelas, dulu saya sering beranggapan bahwa anak harus memahami apa mau saya, perlahan tapi pasti dengan adanya pemahaman baru pada diri saya terutama setelah menyelesaikan materi pada modul 3.3 ini saya sudah mulai berkolaborasi dengan murid dalam menciptakan kelas yang membahagiakan mereka, bagaimana menciptakan kelas-kelas yang dicintai murid, bagaimana murid mulai membuat proyek-proyek yang mereka mereka mau sesuai dengan bakat dan kompetensi mereka, sementara peran saya adalah sebagai mitra belajar mereka dengan memberikan mereka tantangan, menjadi motivator dan juga kontroling pada proses pembelajaran yang diselenggarakan, diantara berbagai program yang saya buat bersama mereka adalah proyek public speaking in the class,  pembuatan video naratif materi, berbagi cerita inspiratif pembelajaran, dsb.

4. apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Adapun beberapa hal yang masih perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan murid dalam proses belajar adalah saya harus terus merancang dan menemuka ide-ide baru yang segar sehingga murid dapat lebih variatif dan tidak bosan dengan berbagai program yang selama ini sudah berjalan, saya juga harus terus konsisten dalam menumbuhkan voice, choice dan ownership murid dengan melibatkan mereka dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid.

5. keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Kompetensi menurut (KBBI) (2002), adalah kecakapan, mengetahui, berwenang, dan berkuasa memutuskan atau menentukan atas sesuatu.

Sedangkan menurut Monks (1999 : 2) kematangan didefinisikan sebagai kesiapan individu dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan tertentu dan kemampuan untuk berfungsi dalam tingkat yang lebih tinggi sebagai hasil pertumbuhan.

Dalam keterkaitannya bahwa kompetensi seseorang berpengaruh terhadap kematangan diri pribadi karena kompetensi merupakan kecakapan dalam memutuskan atau menentukan keputusan yang akan diambil. Sedangkan kematangan merupakan kesiapan individu dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lainnya.

 

B.    Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

1.     Pertanyaan kritis yang muncul setelah mempelajari modul 3.3

                  · Bagaimana merancang sebuah program yang dapat mendorong murid untuk voice, choice 

                        dan ownership dalam proses pembelajarannya?

·   Program sekolah yang seperti apa dan bagaimana yang mampu menumbuhkan serta mendorong terciptanya student agency?

·     Bagaimana cara yang perlu dilakukan agar seluruh ekosistem sekolah dapat terlibat dalam pengelolaan program yang berdampak pada kepemimpinan murid?

        2.     Wawasan (insight) baru

Pengalaman belajar yang dialami oleh murid di dalam kelas akan membentuk serta mempengaruhi karakter serta kepribadiannya, jadi sudah seyogyanya guru harus mampu merancang pembelajaran yang memfasilitasi lingkungan belajar murid sehingga tujuan pendidikan sebagaimana yang disampaikan oleh KHD dapat terwujud. Lingkungan belajar sangat berperan dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Komunitas yang mendukung kepemimpinan murid akan memahami bahwa sesungguhnya setiap murid memiliki voice, choice dan ownership dalam proses pembelajarannya, sehingga untuk menumbuhkembngkan voice, choice dan ownership maka murid perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berbagai program sekolah oleh sebab itu guru dapat memanfaatkan setiap asset atau kekuatan yang ada disekolah untuk merancang program yang mendorong tumbuhnya kepemiminan murid dengan menetapkan pendekatan inquiri apresiatif menggunakan tahapan BAGJA.

3. Analisis tantangan

Tantangan yang mungkin akan saya alami ketika merancang suatu program yang berdampak pada kepemimpinan murid adalah mendapati kelas yang cenderung pasif saat kegiatan KBM, murid jarang berani berpendapat maupun menyampaikan ide atau gagasannya. Tidak jarang mendapati kelas yang mana anak-anaknya cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran.

 4. Alternatif solusi terhadap tantangan

Adapun langkah yang akan saya ambil sebagai alternatif solusi adalah menggunakan cara pendekatan yang berbeda kepada kelas yang cenderung pasif saat pembelajaran, misalnya dengan memberikan tantangan-tantangan kepada murid sehingga terpacu motivasinya, hal lain yang akan saya lalulukan misalnya dengan menyuruh siswa menuliskan ide/gagasannya lewat tulisan bagi beberapa murid yang memang memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya ketika harus berbicara didepan umum secara langsung (berpendapat).

Selain itu juga dapat dilakukan dengan membuat keyakinan kelas sehingga budaya positif disekolah tumbuh dengan baik guna mendukung keberlangsungan program yang telah direncanakan.

 

C. Membuat keterhubungan

 1. Pengalaman masa lalu

Saya masih ingat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diampu oleh salah satu guru idola semasa SMP dan SMA, sampai hari ini ketika saya menjadi guru, dalam pembelajaran beliau mampu menghadirkan kegiatan pembelajaran yang tidak membosankan, kelas yang menyenangkan bagi murid dalam belajar, selalu menerima masukan dan kritik dari murid, maupun memperlakukan murid layaknya sahabat, sehingga kami cenderung dekat dan tanpa segan bertanya maupun usul pendapat saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Penerapan di masa mendatang

Saya akan berusaha menciptakan dan merancang pembelajaran yang berdampak bagi murid-murid saya dikelas. Saya akan selalu mencoba melibatkan murid dalam setiap pengambilan keputusan belajarnya. Mendengarkan suara, memberikan pilihan-pilihan dan menumbuhkan kepemilikan pada diri murid sehingga pengalaman-pengalaman belajar yang mereka alami akan selalu mereka ingat sampai mereka dewasa nanti.

3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari (koneksi antar materi dengan modul sebelumnya)

(Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.1) Melalui filosofi dan metafora "menumbuhkan padi" KHD bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, saya sebagai guru sudah memulai mencoba dengan merancang dan merencanakan program yang mampu membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan segala potensi murid sesuai dengan kodratnya.

(Koneksi modul 3.3 dengan modul 1.2) Sebagai seorang guru, saya mencoba memahami nilai dan peran guru penggerak, sehingga berharap nantinya mampu memainkan peran saya sebagai agen perubahan, dengan senantiasa berperan aktif serta berupaya menggerakkan ekosistem sekolah guna tercapainya pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid untuk menumbuhkembangkan student agency.

(koneksi modul 3.3 dengan modul 1.3) Dalam menerapkan visi guru penggerak, saya berupaya merancang sebuah program atau kegiatan pembelajaran disekolah yang tentunya murid menjadi pertimbangan utama saya, dengan harapan program yang saya rancang dapat mendorong tumbuh kembangnya kepemimpinan murid (student agency), salah satu perancangan program yang saya buat menggunakan model inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA, seperti yang diajarkan pada modul.

(koneksi modul 3.3 dengan modul 1.4) Untuk dapat mengelola program yang berdampak positif bagi murid maka perlu ditunjang dengan adanya budaya positif di sekolah sehingga program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan sehingga mampu menciptakan kepemimpinan murid (student agency).

(koneksi modul 3.3 dengan modul 2.1) Untuk dapat mewujudkan student agency maka pengelolaan program yang berdampak pada murid harus mampu mengakomodasi segala perbedaan kebutuhan belajar murid mulai dari kesiapan, minat, dan profil belajar murid.

(koneksi modul 3.3 dengan modul 2.2) Dalam merencanakan program yang berdampak pada murid, perlu mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menempatkan murid pada kesadaran penuh (mindfulness). Ketika murid sudah fokus, maka ia akan tenang, berempati, termotivasi dan memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan program sehingga student agency akan terbentuk.

(koneksi modul 3.3 dengan modul 2.3) Coaching sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk menggali segala potensi dan melejitkan kinerja murid sehingga ia akan mampu untuk menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang ia hadapi ketika melaksanakan program sekolah yang berdampak pada murid untuk itu sikap kreatif, inovatif dan kritis dari murid sangat diharapkan agar tercipta kepemimpinan murid (student agency).

(koneksi modul 3.3 dengan modul 3.1) Agar keputusan yang kita ambil bersifat efektif dan efisien terkait rancangan program yang ingin dilaksanakan tentunya keputusan tersebut harus memperhatikan 3 prinsip berpikir, 4 paradigma pengambilan keputusan dan melakukan 9 langkah pengajuan dan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Hal itu tentu saja untuk mengantisipasi ketika ada dilema etika ataupun bujukan moral dalam penyelenggaraan kegiatan yang berdampak positif pada murid.

(koneksi modul 3.3 dengan modul 3.2) Dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang berdampak pada murid hendaknya menggunakan pendekatan berbasis aset sehingga dalam melaksanakan program tersebut kita dapat memaksimalkan segala potensi yang ada di sekolah. Dengan memaksimalkan segala potensi maka dapat dipastikan program yang direncanakan akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid (student agency).

4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP

Informasi lain yang saya dapatkan selain dari PGP adalah melalui kegiatan literasi yang saya lakukan di antaranya pada platform yang ada pada Merdeka Mengajar maupun berbagai buku sumber. Guru dilahirkan dan ditakdirkan untuk merumuskan masa depan pendidikan. Sedikit perubahan yang kita lakukan dapat berdampak luas dan tumbuhnya harapan baru bagi pendidikan. Guru bergerak Indonesia Maju.

 

Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi - Modul 3.3

Durasi : 2 JP (90 menit)

Moda: Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus: Melalui diskusi secara asinkron, CGP dapat menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam sebuah contoh program/kegiatan  intrakurikulerkokurikuler, atau ekstrakurikuler sekolah 


1. Nama Kegiatan : Gebyar-24

2. Uraian Singkat Kegiatan

Untuk menciptakan well being di SMPN 3 Bangkalan,  salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun kebersamaan dengan siswa. Kondisi sekolah yang kondusif akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila yang memiliki kecakapan abad 21. Setiap tanggal 24 seluruh warga sekolah memakai  pakaian adat Madura. Kemudian muncul ide dari Pak Ferry untuk memanfaatkan momentum itu sebagai kesempatan unjuk kreasi siswa yang dikemas secara sederhana. . Siswa boleh menampilkan apa pun potensinya, dan acara boleh dikemas dalam bentuk apapun, semuanya diserahkan kepada OSIS sebagai representasi siswa. OSIS akan menghimpun ide, masukan, dan usulan dari seluruh siswa. Jadi kegiatan diarahkan untuk membangun kebersamaan warga sekolah sekaligus memberi wahana berkreasi kepada siswa. Dan dalam penyelenggaraan kegiatan siswa akan berlatih untuk memunculkan daya kritis, kreatifitas, kemampuan komunikasi dan kolaborasi. Ide itu lantas disampaikan pada rapat dewan guru, dan disepakati untuk dilaksanakan. Akhirnya Pak Ferry bersama Pembina OSIS memanggil pengurus OSIS dan menyampaikan gagasan itu. Lalu OSIS  membentuk kepanitiaan yang bertugas menghimpun seluruh ide, masukan, maupun usulan siswa terkait pelaksanaan kegiatan,  menyusun acara dan menyelenggarakan  kegiatan sesuai usulan-usulan tersebut. Kepanitiaan itu bergerak cepat dan mengadakan koordinasi dengan masing-masing ketua kelas. Lalu ketua kelas mengadakan musyawarah kelas untuk menentukan bentuk kreasi kelasnya yang akan ditampilkan pada cara Gebyar-24. Ada siswa yang menampilkan silat, ada yang menyanyi, ada yang menari, ada yang pidato dan banyak ragam lainnya. Setiap kelas memiliki kebebasan untuk menampilkan maksimal 2 kreasi. Dan setiap kelas juga mengusulkan kemasan acara yang diinginkan. Usulan itu disampaikan melalui ketua kelas masing-masing dan kemudian dikoordinasikan pada saat rapat koordinasi dengan kepanitiaan OSIS.  Ada kelas yang mengusulkan dibuatkan panggung, ada kelas yang mengusulkan menggunakan lapangan sebagai tempat kegiatan, dan tidak usah membuat panggung khusus. Dalam rapat disepakati  untuk pelaksanaan kegiatan tidak menggunakan panggung khusus tapi menggunakan lapangan sebagai tempat kegiatan. Siswa bisa unjuk kreasi di tengah lapangan, sedangkan guru, TU, siswa dan warga sekolah lainnya menjadi penonton di tepi lapangan. Singkat cerita akhirnya acara Gebyar-24  terlaksana dengan baik. Seluruh siswa, guru, TU dan warga sekolah lainnya merasa senang dengan tampilan siswa, merasa hubungan yang terjalin lebih dekat, sekaligus memunculkan motivasi bagi siswa yang belum tampil untuk bisa unjuk kreasi pada kegiatan Gebyar-24 berikutnya.


Re: Bahan Diskusi EK Modul 3.3

by WINDA SETYA DEWI - 
Ide yang luar biasa sekali dari Pak Ferry. keren dan inovatif.

Menurut pendapat saya, kegiatan gebyar-24 termasuk kegiatan kokurikuler karena kegiatan tersebut bermanfaat sebagai penguatan, pendalaman, atau pengayaan kegiatan intrakurikuler.

Kegiatan ini merupakan paket lengkap karena dari segi voice, choice, dan ownership sudah terpromosikan seluruhnya dan tujuh karakteristik lingkungan ikut mendukung dalam pengelolaan kegiatan tersebut.

• Voice, Choice, dan Ownership

1. Voice: OSIS menghimpun ide, masukan, dan usulan dari seluruh siswa
2. Choice: Ketua kelas mengadakan musyawarah kelas untuk menentukan bentuk kreasi kelasnya yang akan ditampilkan pada acara Gebyar-24
3. Ownership: Siswa terlibat aktif dan menunjukkan minat serta kreasi mereka dalam acara Gebyar-24, hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat rasa kepemilikan mereka tinggi terhadap proses belajar yang dikemas dalam sebuah acara unjuk bakat tersebut.

• 7 Karakteristik Lingkungan
Tujuh karakteristik lingkungan yang mendukung dalam pengelolaan kegiatan tersebut adalah

1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan murid untuk menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif
-Murid diberi kesempatan untuk menghimpun ide dan mengemas acara

2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.
-Melalui kegiatan Gebyar-24, siswa dapat mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif

3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non akademik
-Kegiatan unjuk bakat yang beragam dalam acara Gebyar-24 (pencak silat, menyanyi, pidato, dsb) dapat melatih keterampilan murid, baik dalam akademik maupun non akademik

4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya
-Kegiatan Gebyar-24 yang menghimpun aspirasi dari seluruh siswa, serta mendorong murid untuk membentuk konsep kegiatan sendiri dapat melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya

5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan menindaklanjuti kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok maupun golongan
-Musyawarah kelas untuk menentukan bentuk kreasi kelasnya yang akan ditampilkan pada cara Gebyar-24 dapat membuka wawasan murid agar dapat menentukan tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan menindaklanjuti kebaikannya

6. Lingkungan yang menempatkan murid sebagai fokusnya sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri
-Kegiatan Gebyar-24 telah menempatkan murid sebagai fokusnya. Murid terlibat aktif dalam proses belajar yang dikemas dalam acara tersebut.

7. Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di berbagai kesempatan
-Dalam rapat, murid menyepakati pelaksanaan kegiatan tidak menggunakan panggung khusus tetapi menggunakan lapangan sebagai tempat kegiatan. Hal tersebut menunjukkan daya lenting dan sikap tangguh telah tumbuh dalam jiwa mereka, karena dapat memanfaatkan kondisi yang ada dengan mengemasnya secara kreatif.

Mulai dari Diri - Modul 3.3

 

Durasi : 1 JP (45 menit)
Moda: Mandiri

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk  menyimpulkan apa yang dimaksud dengan  program yang berdampak pada murid


Kutipan Hari ini
"Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia ini pasti akan bergerak"
-Nadiem Makarim-


Pertanyaan Pemantik

  1. Apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid?
  2. Bagaimana kaitan antara program yang berdampak pada murid dengan kepemimpinan murid (student agency)?
Jawaban

1. Program yang berdampak pada murid adalah program yang dibuat berdasarkan hasil analisis kebutuhan murid. Sasarannya adalah murid dan untuk mengembangkan potensi murid seutuhnya
2. Program yang berdampak pada murid dan kepemimpinan murid (student agency) memiliki kaitan erat karena keduanya bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk memimpin dan mengambil tanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri.


 Refleksi

Nah, sekarang kami ingin Ibu/Bapak mengingat kembali dan melakukan refleksi terhadap pengalaman Ibu/Bapak yang paling berkesan saat terlibat dalam berbagai program/kegiatan sekolah semasa menjadi murid. Refleksi dapat dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

  1. Apa kegiatan/programnya?
  2. Siapa yang memprakarsai atau menggagas program tersebut?
  3. Berperan sebagai apa Ibu/Bapak saat itu?
  4. Bagaimana perasaan Ibu/Bapak saat itu?
  5. Mengapa pengalaman tersebut berkesan untuk Ibu/Bapak?
  6. Apa pembelajaran yang Ibu/Bapak ambil dari kegiatan/ program tersebut?
  7. Bagaimana pengalaman tersebut berdampak pada Ibu/Bapak sekarang? Apakah berdampak positif atau negatif?

1.     

1. Nama kegiatannya adalah ekstrakurikuler jurnalistik smansaba 
2. Pembina ekstrakurikuler jurnalistik smansaba 
3. Sebagai anggota redaksi 
4. Sangat senang karena dapat menjalankan program yang sesuai dengan bakat dan minat saya 
5. Pengalaman tersebut berkesan untuk saya karena banyak wawasan dan hal baru terkait jurnalistik yang saya peroleh dari kegiatan tersebut 
6. Pembelajaran yang dapat saya ambil dari kegiatan tersebut adalah saya dapat memahami teori jurnalistik sekaligus mempraktikkannya melalui mading dan majalah sekolah 
7. Pengalaman tersebut berdampak positif bagi saya karena dapat mengembangkan keterampilan berorganisasi dan potensi dalam bidang jurnalistik



Wednesday, May 31, 2023

Jurnal Refleksi - Modul 3.2

Berikut ini refleksi saya selama mengikuti pembelajaran modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan).

1. Peristiwa (Fact)

Modul 3.2 membahas tentang pengelolaan sumber daya dengan menggunakan pendekatan Aset Based Thinking. Kegiatan di LMS ini menggunakan Alur Merdeka. Diawali dengan Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi 1, Ruang Kolaborasi 2, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan diakhiri dengan Aksi Nyata.

Dimulai dari kegiatan pertama, yaitu mulai dari diri. Pada kegiatan ini, CGP diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengaktifkan ulang pengetahuan awal tentang ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah. 

Kemudian memasuki alur kedua yaitu eksplorasi konsep. Pada alur ini calon guru penggerak belajar secara mandiri melalui materi-materi yang disajikan dalam forum LMS, calon guru penggerak juga diminta untuk mendalami materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Di sini kami mempelajari sekolah sebagai ekosistem, pendekatan berbasis kekurangan dan pendekatan berbasis kekuatan/aset, serta pendekatan ABCD (Asset Based Community Development).

Memasuki alur ketiga yaitu ruang kolaborasi, kami melakukan kegiatan video conference melalui  Google meet dan melakukan diskusi kelompok. Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama, kami melakukan diskusi untuk membahas kekuatan/aset sumber daya yang dimiliki di sekolah daerah kami. Pada Ruang kolaborasi kedua, kami melakukan diskusi kelompok dengan mempresentasikan hasil tugas kelompok kami. Selanjutnya hasil tugas kelompok kami unggah di LMS sebagai tugas Ruang Kolaborasi.

Pada alur yang keempat yaitu demonstrasi kontekstual, kami ditugaskan untuk menganalisis video di LMS tentang visi dan prakarsa perubahan, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan BAGJA, mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran, dan menganalisis modal utama yang dapat dimanfaatkan. Tugas ini harus kami unggah di LMS dan dalam bentuk tulisan ataupun video.

Alur yang kelima adalah Elaborasi pemahaman yang diawali dengan membuat pertanyaan. Selanjutnya melakukan diskusi bersama instruktur dan rekan cgp yang lain melalui video conference google meet.

Alur yang keenam adalah koneksi antar materi, yaitu mengaitkan materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dengan materi yang telah didapatkan pada modul sebelumnya.

Alur terakhir dari alur merdeka adalah aksi nyata. Pada aksi nyata ini calon guru penggerak diminta untuk melakukan aksi nyata dengan mengidentifikasikan sumber daya sebagai aset/kekuatan yang dimiliki sekolah. Identifikasi sumber daya sekolah dilakukan secara kolaboratif agar semua warga sekolah dapat bersama-sama mengetahui dan memanfaatkannya untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hasil dan proses pemetaan secara kolaboratif dapat dilaporkan dalam bentuk yang sesuai dengan kreativitas CGP, misalnya berupa foto atau video, dan lainnya. Dokumentasi dari proses ini akan dinilai pada kunjungan pendampingan individu ke-6.

2. Perasaan (Feelings)

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, saya masih merasa bingung bagaimana sikap sebagai pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada menjadi bermanfaat bagi sekolah. Namun, setelah mengikuti alur eksplorasi konsep dan ruang kolaborasi, kita diajak untuk menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan maupun potensi yang positif. Saya mulai memahami bahwa dengan mengidentifikasi aset atau modal yang dimiliki oleh sekolah dapat mewujudkan perubahan untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Saya merasa senang karena mendapat wawasan baru tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, yaitu sosok pemimpin yang mampu menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam suatu ekosistem baik itu kekuatan yang berasal dari komponen abiotik maupun biotik.

3. Pembelajaran (Findings)

Setelah mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya mendapat pembelajaran bahwa Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah sosok pemimpin yang mampu menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam suatu ekosistem baik itu kekuatan yang berasal dari komponen abiotik maupun biotik. Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan memiliki sikap yang optimis terhadap semua keadaan. Serta memandang setiap hal merupakan aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan memiliki sikap yang optimis terhadap semua keadaan. Serta memandang setiap hal merupakan aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya. Tujuh modal utama atau aset tersebut antara lain: modal manusia, sosial, fisik, alam/lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya.

4. Penerapan (Future)

Setelah saya mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, saya akan mencoba menerapkannya di kelas, yaitu dengan mengoptimalkan aset/modal yang dimiliki oleh sekolah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat murid. Kemudian saya juga akan berusaha menerapkan ilmu tersebut di sekolah, yaitu dengan mengidentifikasi  dan memanfaatkan aset/modal yang ada di sekolah untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program sekolah serta mewujudkan visi dan misi sekolah dengan berkolaborasi bersama seluruh warga sekolah. Implementasi pada masyarakat sekitar, yaitu dengan menjalin kolaborasi yang baik dengan lingkungan sekitar sekolah demi kepentingan dan kemajuan sekolah.


Jurnal Refleksi Modul 3.3 (3 / terakhir)

  Berikut jurnal refleksi dwi mingguan terakhir. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F  (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (P...