Wednesday, May 31, 2023

Jurnal Refleksi - Modul 3.2

Berikut ini refleksi saya selama mengikuti pembelajaran modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan).

1. Peristiwa (Fact)

Modul 3.2 membahas tentang pengelolaan sumber daya dengan menggunakan pendekatan Aset Based Thinking. Kegiatan di LMS ini menggunakan Alur Merdeka. Diawali dengan Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi 1, Ruang Kolaborasi 2, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan diakhiri dengan Aksi Nyata.

Dimulai dari kegiatan pertama, yaitu mulai dari diri. Pada kegiatan ini, CGP diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengaktifkan ulang pengetahuan awal tentang ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah. 

Kemudian memasuki alur kedua yaitu eksplorasi konsep. Pada alur ini calon guru penggerak belajar secara mandiri melalui materi-materi yang disajikan dalam forum LMS, calon guru penggerak juga diminta untuk mendalami materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Di sini kami mempelajari sekolah sebagai ekosistem, pendekatan berbasis kekurangan dan pendekatan berbasis kekuatan/aset, serta pendekatan ABCD (Asset Based Community Development).

Memasuki alur ketiga yaitu ruang kolaborasi, kami melakukan kegiatan video conference melalui  Google meet dan melakukan diskusi kelompok. Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama, kami melakukan diskusi untuk membahas kekuatan/aset sumber daya yang dimiliki di sekolah daerah kami. Pada Ruang kolaborasi kedua, kami melakukan diskusi kelompok dengan mempresentasikan hasil tugas kelompok kami. Selanjutnya hasil tugas kelompok kami unggah di LMS sebagai tugas Ruang Kolaborasi.

Pada alur yang keempat yaitu demonstrasi kontekstual, kami ditugaskan untuk menganalisis video di LMS tentang visi dan prakarsa perubahan, mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan BAGJA, mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran, dan menganalisis modal utama yang dapat dimanfaatkan. Tugas ini harus kami unggah di LMS dan dalam bentuk tulisan ataupun video.

Alur yang kelima adalah Elaborasi pemahaman yang diawali dengan membuat pertanyaan. Selanjutnya melakukan diskusi bersama instruktur dan rekan cgp yang lain melalui video conference google meet.

Alur yang keenam adalah koneksi antar materi, yaitu mengaitkan materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dengan materi yang telah didapatkan pada modul sebelumnya.

Alur terakhir dari alur merdeka adalah aksi nyata. Pada aksi nyata ini calon guru penggerak diminta untuk melakukan aksi nyata dengan mengidentifikasikan sumber daya sebagai aset/kekuatan yang dimiliki sekolah. Identifikasi sumber daya sekolah dilakukan secara kolaboratif agar semua warga sekolah dapat bersama-sama mengetahui dan memanfaatkannya untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hasil dan proses pemetaan secara kolaboratif dapat dilaporkan dalam bentuk yang sesuai dengan kreativitas CGP, misalnya berupa foto atau video, dan lainnya. Dokumentasi dari proses ini akan dinilai pada kunjungan pendampingan individu ke-6.

2. Perasaan (Feelings)

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, saya masih merasa bingung bagaimana sikap sebagai pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada menjadi bermanfaat bagi sekolah. Namun, setelah mengikuti alur eksplorasi konsep dan ruang kolaborasi, kita diajak untuk menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan maupun potensi yang positif. Saya mulai memahami bahwa dengan mengidentifikasi aset atau modal yang dimiliki oleh sekolah dapat mewujudkan perubahan untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Saya merasa senang karena mendapat wawasan baru tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, yaitu sosok pemimpin yang mampu menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam suatu ekosistem baik itu kekuatan yang berasal dari komponen abiotik maupun biotik.

3. Pembelajaran (Findings)

Setelah mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya mendapat pembelajaran bahwa Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah sosok pemimpin yang mampu menggali kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh suatu komunitas dalam suatu ekosistem baik itu kekuatan yang berasal dari komponen abiotik maupun biotik. Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan memiliki sikap yang optimis terhadap semua keadaan. Serta memandang setiap hal merupakan aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya.

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya akan memiliki sikap yang optimis terhadap semua keadaan. Serta memandang setiap hal merupakan aset yang menjadi modal utama dalam mengembangkannya. Tujuh modal utama atau aset tersebut antara lain: modal manusia, sosial, fisik, alam/lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya.

4. Penerapan (Future)

Setelah saya mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, saya akan mencoba menerapkannya di kelas, yaitu dengan mengoptimalkan aset/modal yang dimiliki oleh sekolah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat murid. Kemudian saya juga akan berusaha menerapkan ilmu tersebut di sekolah, yaitu dengan mengidentifikasi  dan memanfaatkan aset/modal yang ada di sekolah untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program sekolah serta mewujudkan visi dan misi sekolah dengan berkolaborasi bersama seluruh warga sekolah. Implementasi pada masyarakat sekitar, yaitu dengan menjalin kolaborasi yang baik dengan lingkungan sekitar sekolah demi kepentingan dan kemajuan sekolah.


Eksplorasi Konsep (Forum Diskusi) - Modul 3.2

 Studi Kasus 1

Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua. Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong. 

Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan.  Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen.  Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan.  Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan.  Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp

Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK.  Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit. 


Pertanyaan
Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?
Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.

Jawaban Studi Kasus 1

Saya melihat kasus Ibu Lilin sebagai contoh penerapan pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) karena Ibu Lilin menggunakan cara pandang yang negatif dengan terlalu fokus pada kekurangan murid. Ibu Lilin belum siap menghadapi kemampuan murid yang beragam.

Jika saya menjadi kepala sekolah, saya akan melakukan coaching untuk memaksimalkan potensi yang ada pada diri Ibu Lilin agar Ibu Lilin dapat menemukan solusi dari permasalahannya tersebut dan dapat menerapkan pendekatan berbasis aset.

 

Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri.  Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur  mengikuti seleksi calon pengawas sekolah. 

Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.


Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?

Jawaban Studi Kasus 2

Pendapat saya mengenai sikap Pak Pupur,  saya memaklumi kesedihan Pak Pupur karena kecintaannya terhadap profesinya sekarang. Namun, Pak Pupur seharusnya dapat menerima tawaran dari kepala sekolah. Karena, dengan menjadi pengawas, Pak Pupur dapat memberikan perubahan positif terhadap ekosistem pendidikan di sekolah, selain itu Pak Pupur memiliki potensi dan keunggulan yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Jika saya adalah kepala sekolah Pak Pupur, maka saya akan mengajak bicara baik-baik menggunakan teknik coaching dan memberikan pandangan jika beliau menjadi pengawas maka beliau akan dapat memberikan manfaat di dunia pendidikan secara lebih luas. 


Eksplorasi Konsep (Forum Diskusi Asinkronus) - Modul 3.2

 

1

Response is required
Response is required

Ya. kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sekolah dan mengganti kata komunitas menjadi sekolah. karena sekolah merupakan ekosistem yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan bersinergi di suatu lingkungan tertentu yang juga memiliki potensi dan kekuatan/aset sebagai modal utamanya.

Question #2

2

Response is required
Response is required

membentuk komunitas belajar guru, membuat paguyuban wali murid, mengembangkan potensi siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler dan perlombaan, dsb.

Question #3

3

Response is required
Response is required

Dalam mengelola sumber daya, sekolah sudah menggunakan pendekatan PKBA walau pun belum sepenuhnya. 

Question #4

4

Response is required
Response is required

Pengembangan sekolah berbasis aset bisa berjalan dengan efektif jika semua pihak dapat bergerak bersama dan bersinergi dalam mengoptimalkan potensi dan memajukan sekolah.

Mulai dari Diri - Modul 3.2

CGP diminta menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini untuk melihat sejauh mana pengetahuan peserta tentang materi kali ini.


Question #1

1

Response is required
Response is required

Guru, murid, sarana dan prasarana, kurikulum, orang tua, lokasi sekolah.

Question #2

2

Response is required
Response is required

Sumber daya yang dimiliki sekolah, antara lain sumber daya manusia (guru, murid, kepala sekolah, tenaga kependidikan), sarana dan prasarana sekolah seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan. Selain itu sumber daya lain yang bisa dimanfaatkan sekolah, yaitu teknologi/sumber daya digital, jaringan/kemitraan, serta sumber daya alam/lingkungan sekolah.

Question #3

3

Response is required
Response is required

Hal yang saya ingat dari sosok pemimpin tersebut adalah pemimpin tersebut berusaha memaksimalkan segala potensi sumber daya yang dimiliki sekolah. Misalnya mendorong guru untuk aktif meningkatkan kompetensi mengajar, membangun kemitraan dengan komunitas sekitar, mendukung murid dalam perlombaan, dll.

Question #4

4

Response is required
Response is required

Pemimpin yang ideal harus mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mendukung tujuan pendidikan, menciptakan inovasi, dan menggerakkan komunitas sekolah untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki.

Question #5

5

Response is required
Response is required

Sebagai seorang pendidik dalam ekosistem sekolah, saya berusaha untuk memaksimalkan potensi yang saya miliki dengan mengikuti pelatihan pengembangan kompetensi guru, berdiskusi dengan rekan sejawat, serta memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam kegiatan pembelajaran.

Question #6

6

Setelah mempelajari modul ini, saya berharap:

1. Diri sendiri: mampu memetakan berbagai sumber daya yang ada di sekolah serta memaksimalkan segala potensi yang ada di dalamnya.

2. Murid: mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki dan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah dengan baik.

3. Sekolah: mampu mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien.

Question #7

7

1. materi yang diharapkan: cara memetakan dan menganalisis sumber daya di sekolah dan strategi pengelolaannya

2. manfaat yang diharapkan: dapat memahami, mengevaluasi, dan memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

Wednesday, May 17, 2023

Jurnal Refleksi Modul 3.1

Setelah melewati modul 3.1 ini, ada banyak sekali ilmu dan pengalaman baru yang saya peroleh. Untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin ini, saya akan memaparkannya melalui model 4P, yaitu peristiwa, perasaan, pembelajaran, dan penerapan ke depan.

 

1.     PERISTIWA

Di modul 3.1 ini, saya mendapat wawasan tentang materi Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Kegiatan di LMS ini menggunakan Alur Merdeka. Diawali dengan kegiatan Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi 1, Ruang Kolaborasi 2, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan diakhiri dengan Aksi Nyata. 

Pada kegiatan mulai dari diri, disajikan pengetahuan awal tentang proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang berada di antara berbagai pemangku kepentingan, di antaranya murid, orang tua murid, guru, dan pihak sekolah.

Kegiatan selanjutnya adalah Eksplorasi Konsep, yang membahas tentang prinsip-prinsip etika berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dalam lingkungan pribadi maupun tempat kerja, keterkaitan nilai-nilai kebajikan yang disepakati dan diyakini dalam proses pengambilan keputusan dilema etika, bersikap reflektif, kritis, dan terbuka dalam menganalisis nilai-nilai kebajikan yang terkandung dalam sebuah pengambilan keputusan dilema etika.

Selanjutnya dalam alur Ruang kolaborasi yang dipandu oleh Bapak Ahmad Mufid selaku fasilitator, kami berdiskusi bersama rekan CGP untuk menentukan salah satu kasus  dilema etika yang pernah kami alami yang kemudian dijadikan topik dalam praktik pengambilan keputusan pada sesi berikutnya.  

Dalam alur demonstrasi kontekstual, kami melakukan wawancara dengan beberapa pimpinan satuan pendidikan tentang praktik pengambilan keputusan yang selama ini  telah diterapkan di sekolah masing-masing. Hasil wawancara ini dianalisis berdasarkan konsep yang telah dipelajari pada modul 3.1 ini, dan selanjutnya dijadikan sebuah refleksi atas praktik pengambilan keputusan dilema etika.

Alur berikutnya adalah Elaborasi pemahaman yang dilaksanakan secara sinkronus via google meet bersama instruktur untuk menguatkan pemahaman yang telah dipelajari  tentang konsep pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengambilan serta pengujian keputusan.

Untuk alur Koneksi antar materi, kami menyusun keterkaitan antar materi pada modul 3.1 dengan modul - modul sebelumnya. Selain itu kami juga melakukan refleksi pemahaman terkait pengambilan keputusan bernilai kebajikan.

Alur yang terakhir yaitu Aksi nyata, kami diminta melakukan praktik proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengambilan serta pengujian keputusan di satuan pendidikan masing-masing.

 

2.     Perasaan

Sebelum mempelajari modul ini, saya belum memahami prinsip dan tahapan pengambilan keputusan Namun, setelah mengikuti alur eksplorasi konsep dan ruang kolaborasi, saya mulai memahami bahwa pengambilan sebuah keputusan harus memperhatikan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga nantinya dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan bijaksana


3.     Pembelajaran

Saya mempelajari bahwa keputusan yang kita ambil harus berdasarkan pada tiga unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Apabila keputusan yang telah kita ambil keduanya bernilai benar itu merupakan situasi dilema etika sedangkan situasi ketika seseorang mengambil sebuah keputusan antara benar dan salah disebut situasi Bujukan Moral.


4.     Penerapan ke Depan

Setelah mempelajari modul 3.1, ketika dihadapkan pada sebuah peristiwa pengambilan keputusan, saya akan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan serta pengujian keputusan. Diharapkan dengan langkah-langkah tersebut, keputusan yang diambil menjadi keputusan yang tepat dan membawa dampak yang baik sehingga dapat menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, aman, dan nyaman.


Forum Diskusi - Modul 3.1

 Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP mampu menganalisis pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah pengambilan dan  pengujian keputusan dalam studi kasus yang mereka dapatkan dan memberi tanggapan pada studi kasus CGP lainnya dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

CGP akan mendalami materi melalui studi kasus. Para CGP akan membaca  studi kasus untuk kemudian memilih 1 kasus untuk dianalisis. Setiap CGP perlu memberikan minimal dua komentar/tanggapan terhadap hasil analisis CGP lainnya yang diunggah di LMS.

Pak Frans merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Frans dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai murid-muridnya. Suatu hari ia sedang mengajar di kelas 8A, guru piket tergopoh-gopoh tiba di depan kelasnya dan mengatakan ada ayahnya Andreas, salah satu murid di kelas 8A di ruang tamu sekolah. Guru piket mengatakan pada pak Frans bahwa ayahnya Andreas ingin menjemput Andreas dan memintanya untuk membantunya bekerja di ladang. Ia juga mengatakan bahwa ayah Andreas datang sambil marah-marah bahkan mengacung-acungkan parang.  Pak Frans pun memanggil Andreas dan mengatakan bahwa ia dijemput ayahnya pulang. Andreas langsung memohon sambil menangis agar Pak Frans tidak mengizinkan ia pulang bersama ayahnya. Andreas berkata ia ingin belajar di sekolah dan ia takut dimarah-marahi oleh ayahnya bila membantu ayahnya di ladang, bila melakukan kesalahan sedikit saja.  Pak Frans bimbang, antara memenuhi permintaan Andreas atau tidak.  Dalam situasi dan kondisi seperti itu, akhirnya Pak Frans memutuskan untuk membawa Andreas ke ruang kepala sekolah, dan meminta saran dari kepala sekolah.  Bila Anda adalah kepala sekolahnya, saran apa yang akan anda berikan pada Pak Frans, dan apa alasannya?

Analisis studi kasus 1:

1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Paradigma keadilan lawan rasa kasihan, Nilai yang bertentangan adalah tanggung jawab dan kedisiplinan

2. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).

Ada pelanggaran hukum, yaitu pengancaman dengan membawa senjata tajam ke sekolah oleh orang tua Andreas

3. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi).

Ada pelanggaran peraturan, yaitu ayah Andreas datang dengan emosi dan membawa senjata tajam ke sekolah untuk menjemput Andreas sebelum waktunya.

4. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi).

Uji intuisi pada kasus ini yang salah adalah orang tua Andreas yang melakukan pengancaman dan kekerasan terhadap anak.

5. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?

Nyaman. Karena keputusan yang diambil sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?

Keputusan yang akan diambil menurut tokoh idola saya adalah dengan melakukan dialog dan berusaha meredam emosi orang tua Andreas, kemudian mengomunikasikan permasalahan tersebut dan berusaha menemukan solusinya bersama.

7. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Mengajak orang tua Andreas untuk memahami hak-hak anak di sekolah, rumah, dan lingkungannya

8. Apa keputusan yang Anda ambil?

Keputusan yang diambil adalah dengan mengomunikasikan dengan baik-baik bahwa membawa senjata tajam dan mengancam anak merupakan bentuk pelanggaran hukum. Tugas anak adalah belajar, jika harus membantu orang tua dapat menggunakan waktu di luar jam sekolah.

9. Prinsip mana yang Anda gunakan, dan mengapa?

Prinsip yang saya lakukan adalah prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule­ Based Thinking), yaitu orang tua sebaiknya mengikuti peraturan sekolah, memikirkan hak anak untuk belajar, dan tidak membawa senjata tajam ke sekolah.


Mulai dari Diri - Modul 3.1 - Pertanyaan Pemantik

Dalam sebuah wawancara, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Bapak Nadiem Makarim menyatakan bahwa: 


Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik.  Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu  itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik.  Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)


Menurut Bapak dan Ibu, Kira-kira apa maksud dari kutipan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi tersebut?

Jawaban:

Menurut saya maksud kutipan di atas adalah seorang pemimpin harus bijaksana dalam mengambil keputusan. Begitu pula sebagai seorang guru, yang bertindak sebagai pemimpin pembelajaran. Setiap kali ingin mengambil keputusan, kita harus memahami apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid atau tidak. Sebab, apa yang kita inginkan belum tentu adalah yang terbaik. Seorang pemimpin juga harus dapat melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Setiap perubahan pasti akan menuai kritik (pro dan kontra). Seorang pemimpin harus bijak dalam menyikapinya.

Jurnal Refleksi Modul 3.3 (3 / terakhir)

  Berikut jurnal refleksi dwi mingguan terakhir. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F  (Facts, Feelings, Findings, Future)/4P (P...